TEMPAT. : Gedung Ba'Alawi (Sungai Bayas - 10 Ilir Palembang)
•Puncak Acara Ziarah Kubrah 'Ulama Dan Auliya' Palembang Darussalam, : HARI. : Ahad (Minggu) TANGGAL. : 26 Sya'Ban 1436H - 14 Juni 2015 H JAM. : 06.30 WIB (Pagi) S/d Selesai RUTE. : • Rumah Sejarah Sungai Bayas (PS.Kuto-8 Ilir) •Pemakaman Al-Habib Pangeran Syarif Ali (5 Ilir) •Pemakaman Kesultanan Kawah Tengkurep (3Ilir) •Pemakaman Auliya' Dan Habaib Kambang Koci (3 Ilir)
" Tonton Juga Undangan Ziarah Kubra Palembang 2015" di YouTube Ziarah Kubra Palembang 2015: http://youtu.be/Eq2WpUFBU7Ulike emotikon "
Nb: Pasang Hajad Dan Perbanyak Niat Baik,BerKhusnuzon Pada yang Hadir
Karena Akan Dihadiri Para ULAMA,HABAIB Kota2 Besar Dan Luar Mancanegara,
dan di Ramaikan Puluhan Ribu Umat, Dan In Shaa ALLAH Hasil Rapat
Apabila Tidak Ada Halangan, akan dihadiri juga oleh IMAM BESAR KETUA
FRONT PEMBELA ISLAM "HABIB MUHAMMAD RIZIEQ ALI SHIHAB" Masyaa Allah =')
\=D/ TAKBIR.. ALLAHU AKBARR... Semoga Allah Meridhai Kita Untuk Hadir Aminn..=-)< Sebarkan..!!!
Wassalamu'alaikum wr. wb
Minggu, 22 Februari 2015
Bahaya Bicara Agama Tanpa Ilmu
Assalamu'alaikum Wr.Wb
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Memahami ilmu agama merupakan kewajiban atas setiap muslim dan muslimah. Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut ilmu
merupakan kewajiban atas setiap muslim. [HR. Ibnu Majah no:224, dan
lainnya dari Anas bin Malik. Dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani]
Dan agama adalah apa yang telah difirmankan oleh Alloh di dalam
kitabNya, Al-Qur’anul Karim, dan disabdakan oleh RosulNya di dalam
Sunnahnya. Oleh karena itulah termasuk kesalahan yang sangat berbahaya
adalah berbicara masalah agama tanpa ilmu dari Alloh dan RosulNya.
Sebagai nasehat sesama umat Islam, di sini kami sampaikan di antara bahaya berbicara masalah agama tanpa ilmu: 1.Hal itu merupakan perkara tertinggi yang diharamkan oleh Allah.
Alloh Ta’ala berfirman:
Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik
yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak
manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah
dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan
(mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu
ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu)” (Al-A’raf:33)
Syeikh Abdul Aziz bin Abdulloh bin Baaz rohimahulloh berkata:
“Berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk perkara terbesar yang
diharamkan oleh Allah, bahkan hal itu disebutkan lebih tinggi daripada
kedudukan syirik.
Karena di dalam ayat tersebut Alloh mengurutkan perkara-perkara yang
diharamkan mulai yang paling rendah sampai yang paling tinggi.
Dan berbicara tentang Alloh tanpa ilmu meliputi: berbicara (tanpa ilmu)
tentang hukum-hukumNya, syari’atNya, dan agamaNya. Termasuk berbicara
tentang nama-namaNya dan sifat-sifatNya, yang hal ini lebih besar
daripada berbicara (tanpa ilmu) tentang syari’atNya, dan agamaNya.”
[Catatan kaki kitab At-Tanbihat Al-Lathifah ‘Ala Ma Ihtawat ‘alaihi
Al-‘aqidah Al-Wasithiyah, hal: 34, tahqiq Syeikh Ali bin Hasan,
penerbit:Dar Ibnil Qayyim]
2. Berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk dusta atas (nama) Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
Dan janganlah kamu mengatakan terhadapa apa yang disebut-sebut
oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (QS. An-Nahl (16): 116) 3.Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan kesesatan dan menyesatkan orang lain.
Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ
الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى
إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً
فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari hamba-hambaNya sekaligus, tetapi Dia akan mencabut ilmu dengan mematikan para ulama’.
Sehingga ketika Allah tidak menyisakan seorang ‘alim-pun,
orang-orang-pun mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh. Lalu para
pemimpin itu ditanya, kemudian mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga
mereka menjadi sesat dan menyesatkan orang lain. (HSR. Bukhari no:100, Muslim, dan lainnya)
Hadits ini menunjukkan bahwa “Barangsiapa tidak berilmu dan menjawab
pertanyaan yang diajukan kepadanya dengan tanpa ilmu, dan mengqias
(membandingkan) dengan akalnya, sehingga mengharamkan apa yang Alloh
halalkan dengan kebodohan, dan menghalalkan apa yang Allah haramkan
dengan tanpa dia ketahui, maka inilah orang yang mengqias dengan
akalnya, sehingga dia sesat dan menyesatkan. (Shahih Jami’il Ilmi Wa
Fadhlihi, hal: 415, karya Al-Hafizh Ibnu Abdil Barr, diringkas oleh
Syeikh Abul Asybal Az-Zuhairi) 4.Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan sikap mengikuti hawa-nafsu.
Imam Ali bin Abil ‘Izzi Al-Hanafi rohimahulloh berkata: “Barangsiapa
berbicara tanpa ilmu, maka sesungguhnya dia hanyalah mengikuti
hawa-nafsunya, dan Allah telah berfirman:
Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa
nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun (Al-Qashshash:50)” (Kitab Minhah Ilahiyah Fii Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah, hal: 393) 5.Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan sikap mendahului Allah dan RasulNya.
Allah berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan
Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Hujuraat: 1)
Syeikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rohimahulloh berkata: “Ayat
ini memuat adab terhadap Alloh dan RosulNya, juga pengagungan,
penghormatan, dan pemuliaan kepadanya. Alloh telah memerintahkan kepada
para hambaNya yang beriman, dengan konsekwensi keimanan terhadap Alloh
dan RosulNya, yaitu: menjalankan perintah-perintah Alloh dan menjauhi
larangan-laranganNya. Dan agar mereka selalu berjalan mengikuti perintah
Alloh dan Sunnah RosulNya di dalam seluruh perkara mereka. Dan agar
mereka tidak mendahului Alloh dan RosulNya, sehingga janganlah mereka
berkata, sampai Alloh berkata, dan janganlah mereka memerintah, sampai
Alloh memerintah”. (Taisir Karimir Rahman, surat Al-Hujurat:1)
6.Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu menanggung dosa-dosa orang-orang yang dia sesatkan.
Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu adalah orang sesat
dan mengajak kepada kesesatan, oleh karena itu dia menanggung dosa-dosa
orang-orang yang telah dia sesatkan. Rasulullah sholallohu ‘alaihi
wassallam:
Barangsiapa menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan pahala
sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, hal itu tidak
mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada
kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa-dosa orang yang
mengikutinya, hal itu tidak mengurangi dosa mereka sedikitpun. (HSR. Muslim no:2674, dari Abu Hurairah)
7.Berbicara tentang Allah tanpa ilmu akan dimintai tanggung-jawab.
Allah Ta’ala berfirman:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya. (QS. Al-Isra’ : 36)
Setelah menyebutkan pendapat para Salaf tentang ayat ini, imam Ibnu
Katsir rohimahulloh berkata: “Kesimpulan penjelasan yang mereka sebutkan
adalah: bahwa Alloh Ta’ala melarang berbicara tanpa ilmu, yaitu
(berbicara) hanya dengan persangkaan yang merupakan perkiraan dan
khayalan.” (Tafsir Al-Qur’anul Azhim, surat Al-Isra’:36)
8.Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan.
Syeikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami menyatakan: “Fashal: Tentang
Haramnya berbicara tentang Allah tanpa ilmu, dan haramnya berfatwa
tentang agama Allah dengan apa yang menyelisihi nash-nash”. Kemudian
beliau membawakan sejumlah ayat Al-Qur’an, di antaranya adalah firman
Allah di bawah ini:
Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. 5:44)
9.Berbicara agama tanpa ilmu menyelisihi jalan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rohimahulloh menyatakan di dalam aqidah
Thahawiyahnya yang masyhur: “Dan kami berkata: “Wallahu A’lam (Allah
Yang Mengetahui)”, terhadap perkara-perkara yang ilmunya samar bagi
kami”. [Minhah Ilahiyah Fii Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah, hal: 393]
10.Berbicara agama tanpa ilmu merupakan perintah syaithan.
Allah berfirman:
Sesungguhnya syaithan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan kepada Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS. 2:169)
Keterangan ini kami akhiri dengan nasehat: barangsiapa yang ingin
bebicara masalah agama hendaklah dia belajar lebih dahulu. Kemudian
hendaklah dia hanya berbicara berdasarkan ilmu. Wallohu a’lam bish
showwab. Al-hamdulillah Rabbil ‘alamin.
Penulis: Ustadz Abu Isma’il Muslim Al-Atsari
Artikel www.muslim.or.id
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
Bagaimana Cara Menjadi Pribadi Wanita Islami
( Istri Solehah dan Suami Soleh )
Assalamu'alaikum Wr.Wb
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Saat ini Islam kebanyakan hanya menjadi simbol semata. Islam hanya ada
di masjid dan pengajian-pengajian saja, sementara dalam kehidupan
sehari-hari Islam sering dilupakan.
Demikian juga para wanita muslim sendiri. Ada banyak wanita Islam yang tidak mau melekatkan identitas keislaman pada dirinya.
Padahal Islam adalah jalan keselamatan yang telah dijamin oleh Allah SWT
dapat mengantarkan seorang manusia ke dalam syurga. Islam dipandang
sebagai sesuatu hal yang kolot dan kuno.
Bentuk modernitas yang dikampanyekan adalah dengan menjauhkan kaum
wanita dengan nilai-nilai Islam itu sendiri. Sehingga, cukup sulit saat
ini pribadi wanita islami dalam diri para wanita muslim.
Bagaimana cara membangun pribadi wanita Islami tersebut? Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan:
1. Pribadi wanita islami bisa dibangun pertama kali jika seorang wanita
Islam memahami ajaran agamanya dengan baik dan melaksanakan
perintah-perintah Allah SWT.
Ketaatan terhadap agama akan bisa mencerminkan kepribadian wanita islami
yang baik sebab ibadah akan memberikan pengaruh terhadap cerminan
akhlak prilaku yang ditampilkan.
2. Jilbab sebagai identitas wanita islami. Perbedaan utama seorang
wanita Islam dengan yang bukan Islam terletak pada simbol-simbol yang
dikenakannya, salah satunya adalah jilbab.
Saat kita bertemu dengan dua orang wanita yang satu mengenakan jilbab
dan yang satunya lagi tidak memakai jilbab, maka kita sudah bisa menebak
mana yang sosok wanita islami dan mana yang bukan wanita islami. Inilah
fungsi dari simbol sebagai identitas seorang muslim.
3. Pribadi wanita islami diukur dari sejauh mana akhlak prilaku yang ia
tampilkan sebagai buah dari pemahaman agamanya. Pribadi wanita islami
memang harus dibangun melalui karakter akhwat islami yang baik.
Tanpa adanya akhlak yang islami maka tidak bisa dikatakan seorang wanita
itu sebagai wanita yang islami. Akhlak, ibadah dan simbol menjadi tiga
hal yang saling beriringan dan saling memperkuat satu sama lain.
Sosok wanita dengan kepribadian islami yang kuat sangat dibutukan di
dalam kehidupan. Baik di tengah keluarga, masyarakat maupun bangsa dan
agama. Sosok wanita islami adalah tonggak kelahiran generasi islami.
Jika wanita-wanita suatu negara itu baik, maka akan baik lah suatu
negara tersebut.
Mengapa demikian? Berikut ini beberapa alasannya:
1. Karena wanita menjadi pelahir generasi yang akan datang
2. Karena wanita merupakan sosok yang akan mendorong karir perjuangan
kaum laki-laki. Wanita memiliki peran yang besar terhadap aktivitas
hidup seorang suami. Sukses atau tidaknya seorang laki-laki sangat
ditentukan oleh peran wanita dalam kehidupan berumah tangga. Pria yang
sukses tentunya didukung oleh wanita yang sukses.
3. Karena wanita pendorong aktivitas dakwah seorang suami
4. Karena seorang wanita memiliki peran mendidik anak-anak yang lebih
besar dibanding dengan seorang laki-laki. Seorang ibu memiliki peran
yang sangat penting dalam kehidupan anak.
Sudahkah Anda menjadi sosok wanita islami? Sosok wanita yang islami bukan hanya akan memberikan kebaikan pada orang lain.
Ia juga akan tumbuh menjadi sosok wanita yang dihormati di tengah
masyarakat dan keluarga, dirindukan oleh para lelaki untuk dipersunting
sebagai istri. Belum lagi ganjaran pahala yang akan didapatkan di
akhirat kelak.
Jiwa yang islami tidak bisa hanya sebatas polesan, namun harus dilandasi
dari ketulusan jiwa. Jika tampilannya hanya dibuat-buat, sebatas
tampilan semata, maka tak akan mendapatkan pahala di sisi Allah SWT.
( Selalu Mengingat Sang Pencipta )
#Yok_Berhijrah kejalan yang lebih baik lagi ukhty :')
"Ibu" merupakan sosok wanita yg telah mengandung kita selama 9 bulan dan
melahirkan kita dengan mempertaruhkan nyawa mereka demi lahirnya kita
Ingatkah engkau..ketika jemari ibu mengusap lembut kepalamu? Dan
ingatkan engkau ketika air mata menetes dari mata ibumu ketika ia
melihatmu.
Begitu besar peranan dan jasa insan yang bernama ibu ini, Surga di telapak kaki ibu, mungkin itulah gambaran yang paling mulia
disetiap pengorbanan yang telah beliau berikan terhadap anak-anaknya.
Kasihmu ibu tak mampu diungkapi tingginya tak mampu terjangkau dalamnya tak mampu kuselami
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang
datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata,
‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’
Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut
kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi
wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian
siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali,
‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab,
‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Hadits tersebut menunjukkan bahwa
kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat
besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi shalallaahu ‘alaihi
wasallam menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah
hanya satu kali. Bila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa
menguatkan pengertian tersebut. Karena kesulitan dalammenghadapi masa
hamil, kesulitan ketikamelahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan
merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan
itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya. (Lihat Tafsir Al-Qurthubi X : 239. al-Qadhi Iyadh menyatakan bahwa ibu memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan ayah)
Begitu pula dengan Imam Adz-Dzahabi rahimahullaah, beliauberkata dalam kitabnya Al-Kabaair,
Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan, seolah-olah sembilan tahun.
Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya.
Dia telah menyusuimu dari putingnya, dan ia hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu.
Dia cuci kotoranmu dengan tangan kirinya, dia lebih utamakan dirimu dari padadirinya serta makanannya. Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu.
Dia telah memberikanmu semua kebaikan dan apabila kamu sakit atau
mengeluh tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan panjang sekali
kesedihannya dan dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang
mengobatimu.
Seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya kamu hidup dengan suaranya yang paling keras.
Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan akhlak yang tidak baik.
Dia selalu mendo’akanmu dengan taufik, baik secara sembunyi maupun terang-terangan.
Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat dia sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yang tidak berharga di sisimu.
Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar.
Engkau puas minum dalam keadaan dia kehausan.
Engkau mendahulukan berbuat baik kepada istri dan anakmu dari pada ibumu.
Engkau lupakan semua kebaikan yang pernah dia perbuat.
Berat rasanya atasmu memeliharanya padahal itu adalah urusan yang mudah.
Engkau kira ibumu ada di sisimu umurnya panjang padahal umurnya pendek.
Engkau tinggalkan padahal dia tidak punya penolong selainmu.
Padahal Allah telah melarangmu berkata ‘ah’ dan Allah telah mencelamu dengan celaan yang lembut.
Engkau akan disiksa di dunia dengan durhakanya anak-anakmu kepadamu.
Allah akan membalas di akhirat dengan dijauhkan dari Allah Rabbul ‘aalamin.
(Akan dikatakan kepadanya),
Ibu pesanmu beribu-ribu tiada pernah jemu walau katamu hanya secebis angin di halwa telinga anakmu
Tuhan, terima kasih Tuhan. Engkau telah menurunkan kasih terbesarMu, kasih yang diwakilkan oleh seorang Ibu. Ibu kaulah tulang punggung keluarga kami..
Maaf ibu aku belum bisa memberikan yang terbaik dari anakmu ini..
Maaf ibu aku selalu merepotkan mu..
Ibu kau tampak letih, setiap hari kau memasak, mencuci, belum mencari
nafkah buat keluarga, maaf ibu aku belum bisa melakukan apa apa :(
Terimakasih Ibu Atas apa yang telah kau berikan padaku, buat kasih sayang, buat cinta, buat materi yang tak akan pernah aku bisa balas. Aku akan selalu menyanyangimu...
Ibu ibu ibu kau apa kah kah mendengarkan jeritan ini jeritan anakmu yang merindukan mu ibu berikan ketegaran untuk anak mu ini
Bersyukurlah jika masih mempunyai orang tua. Jika ingin tahu rasanya
tidak punya ibu, coba tanyakan kepada mereka yang ibu nya telah tiada
Bahasa ini Tak menjadi apa-apa Akan... Arti seorang ibu namun semua ini perantara kata-kata hatiku yang berbicara,...
Aku terus berdoa disetiap kupanjatkan doaku kepada allah~
Berikanlah ia kesehatan ya Tuhan,agar ia bisa terus tersenyum menikmati
hidup Berikanlah ia keselamatanMu ya Tuhan,agar ia senantiasa selamat.
*Contoh manusia terbaik yang berbakti kepada Ibunya*
Dari Abi Burdah, ia melihat Ibnu ‘Umar dan seorang penduduk Yaman
yang sedang thawaf di sekitar Ka’bah sambil menggendong ibunya di
punggungnya. Orang yaman itu bersenandung,
Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh. Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari.
Orang itu lalu bertanya kepada Ibn Umar, “Wahai Ibnu Umar, apakah aku telah membalas budi kepadanya?” Ibnu Umar menjawab, “Engkau belum membalas budinya, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika melahirkan.” (Adabul Mufrad no. 11; Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dalam sebuah riwayat diterangkan:
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya seseorang
mendatanginya lalu berkata: bahwasanya aku meminang wanita, tapi ia
enggan menikah denganku. Dan ia dipinang orang lain lalu ia menerimanya.
Maka aku cemburu kepadanya lantas aku membunuhnya. Apakah aku masih
bisa bertaubat? Ibnu Abbas berkata: apakah ibumu masih hidup? Ia
menjawab: tidak. Ibnu Abbas berkata: bertaubatlah kepada Allah ‘Azza wa
Jalla dan dekatkanlah dirimu kepadaNya sebisamu. Atho’ bin Yasar
berkata: maka aku pergi menanyakan kepada Ibnu Abbas kenapa engkau
tanyakan tentang kehidupan ibunya? Maka beliau berkata: ‘Aku tidak mengetahui amalan yang paling mendekatkan diri kepada Allah ta’ala selain berbakti kepada ibu’. (Hadits ini dikeluarkan juga oleh Al Baihaqy di Syu’abul Iman (7313), dan Syaikh Al Albany menshahihkannya, lihat As Shohihah (2799))
Pada hadits di atas dijelaskan bahwasanya berbuat baik kepada ibu adalah ibadah yang sangat agung, bahkan dengan berbakti kepada ibu diharapkan bisa membantu taubat seseorang diterima Allah ta’ala.
Seperti dalam riwayat di atas, seseorang yang melakukan dosa sangat
besar yaitu membunuh, ketika ia bertanya kepada Ibnu Abbas, apakah ia
masih bisa bertaubat, Ibnu Abbas malah balik bertanya apakah ia
mempunyai seorang ibu, karena menurut beliau berbakti atau berbuat baik
kepada ibu adalah amalan paling dicintai Allah sebagaimana sebagaimana
membunuh adalah termasuk dosa yang dibenci Allah.
Berbuat baik kepada ibu adalah amal sholeh yang sangat bermanfa’at
untuk menghapuskan dosa-dosa. Ini artinya, berbakti kepada ibu merupakan
jalan untuk masuk surga.
Jangan Mendurhakai Ibu
Dalam sebuah hadits Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,
عن المغيرة بن شعبة قال : قال النبي صلى الله عليه و سلم : إن الله حرم
عليكم عقوق الأمهات ووأد البنات ومنع وهات . وكره لكم قيل وقال وكثرة
السؤال وإضاعة المال
“Sesungguhnya Allah Ta’ala mengharamkan kalian berbuat durhaka kepada
ibu-ibu kalian, mengubur anak perempuan hidup-hidup, menolak kewajiban
dan menuntut sesuatu yang bukan menjadi haknya. Allah juga membenci jika
kalian menyerbarkan kabar burung (desas-desus), banyak bertanya, dan
menyia-nyiakan harta.” (Hadits shahih, riwayat Bukhari, no. 1407; Muslim, no. 593, Al-Maktabah Asy-Syamilah)
Ibnu Hajar memberi penjelasan sebagai berikut, “Dalam hadits ini
disebutkan ‘sikap durhaka’ terhadap ibu, karena perbuatan itu lebih
mudah dilakukan terhadap seorang ibu. Sebab,ibu adalah wanita yang
lemah. Selain itu, hadits ini juga memberi penekanan, bahwa berbuat baik
kepada itu harus lebih didahulukan daripada berbuat baik kepada seorang
ayah, baik itu melalui tutur kata yang lembut, atau limpahan cinta
kasih yang mendalam.” (Lihat Fathul Baari V : 68)
Sementara, Imam Nawawi menjelaskan, “Di sini, disebutkan kata ‘durhaka’ terhadap ibu, karena kemuliaan ibu yang melebihi kemuliaan seorang ayah.” (Lihat Syarah Muslim XII : 11)
“Seseorang datang kepada Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam
dan berkata, “Aku akan berbai’at kepadamu untuk berhijrah, dan aku
tinggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis.” Rasulullah
Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kembalilah kepada kedua orang
tuamu dan buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis.” (Shahih : HR. Abu Dawud (no. 2528), An-Nasa-i (VII/143), Al-Baihaqi (IX/26), dan Al-Hakim (IV/152))
“Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata, “Ridha Allah tergantung ridha orang tua dan murka Allah tergantung murka orang tua.“ (Adabul Mufrod no. 2. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan jika sampai pada sahabat, namun shahih jika sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam)
Kandungan hadits diatas ialah kewajiban mencari keridhaan kedua orang tua sekaligus terkandung larangan melakukan segala sesuatu yang dapat memancing kemurkaan mereka.
Seandainya ada seorang anak yang durhaka kepada ibunya, kemudian
ibunya tersebut mendo’akan kejelekan, maka do’a ibu tersebut akan
dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana dalam hadits yang shahih Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ada tiga do’a yang dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak diragukan tentang do’a ini: (1) do’a kedua orang tua terhadap anaknya, (2) do’a musafir-orang yang sedang dalam perjalanan-, (3) do’a orang yang dizhalimin.” (Hasan : HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad (no. 32, 481/Shahiih Al-Adabil Mufrad (no. 24, 372))
Jika seorang ibu meridhai anaknya, dan do’anya mengiringi setiap
langkah anaknya, niscaya rahmat, taufik dan pertolongan Allah akan
senantiasa menyertainya. Sebaliknya, jika hati seorang ibu terluka, lalu
ia mengadu kepada Allah, mengutuk anaknya. Cepat atau lambat, si anak
pasti akan terkena do’a ibunya. Wal iyyadzubillaah..
Saudariku…jangan sampai terucap dari lisan ibumu do’a melainkan
kebaikan dan keridhaan untukmu. Karena Allah mendengarkan do’a seorang
ibu dan mengabulkannya. Dan dekatkanlah diri kita pada sang ibu,
berbaktilah, selagi masih ada waktu…
والله الموفّق إلى أقوم الطريق
وصلى الله وسلم على نبينا وعلى آله وأصحابه ومن اتّبعهم بإحسان الى يوم الدين
“Kasih anak sepanjang badan, kasih ibu sepanjang jalan”
I love you ibu Itulah kata yang teragung Dariku buat dirimu Terima kasih ibu :')
Setelah semua pengorbanan telah diberikan oleh ibu kita selama ini, lalu
coba renungkan apa yang kita perbuat selama ini kepada ibu kita?
Selalu berikan yang terbaik untuk masih yang mempunyai Ibu berikan semaksimal mungkin usaha yang kalian bisa berikan :) Buatlah ibu kalian selalu tersenyum dan bangga akan adanya dirimu :') jangan sampai kalian tak merasakan hangat kasih sayang, cinta ibu. Karena kalau kalian melakukan itu kalian akan menyesal :'( seperti halnya Diriku yang kini telah jauh akan sosok hangat itu :'( tapi SEMANGAT-nya gak akan luntur karena Mama akan sedih jika aku bersedih :')
Ingat ya saudara- saudariku :) jangan sampai kalian meneteskan air mata kesedihan ibu kalian karena ibu kalian mengharapkan yang terbaik untuk kalian :')
dan saudara yang ibunya udah tiada ataupun jauh dari kalian jangan bersedih berikan yang terbaik untuk hidup kalian jadikan semangat dan berbuat yang positif dan berguna bagi orang-orang terdekat kalian yang mencintai kalian :') #KEEPSTRONG!! :)
Hai
anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap memasuki mesjid, Makan
dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A’rof 31)
Dalam kitab An-Nihayah Al-Imam Ramliy menyatakan, hikmah diwajibkan
menutup aurat dalam shalat, ialah sebagaimana menurut etika dan moral
manusia dituntut untuk berlaku sopan dan santun ketika berada di hadapan
pembesar atau penguasa, dengan menutup aurat dan dalam keadaan bersih.
Seorang shalat ialah berada di hadapan Maha raja, Raja setiap penguasa.
Berpakaian santun dan sopan ialah lebih diutamakan. Dan juga diwajibkan
menutup aurat pada saat di luar shalat, karena berdasarkan hadits Nabi
SAW, “Janganlah kalian berjalan dalam keadaan telanjang” (HR. Muslim)
dan berdasarkan hadits, “Allah adalah lebih berhak untuk ada rasa malu
kepada-Nya daripada ada rasa malu kepada manusia”.(HR. Bukhori)
Syarat kelima (dari syarat-syarat shalat) ialah
menutup aurat dari setiap pandangan. Apabila tidak menutup aurat padahal
mampu maka shalatnya tidak sah. Berdasarkan firman Allah “Pakailah
pakaianmu... (QS.Al-A’rof 31)” Ibnu Abbas berkata, maksudnya ialah
dalamm shalat itu wajib mengenakan pakaian yang menutup aurat. Juga
berdasarkan hadits “Allah tidak menerima shalat wanita akil balig
kecuali dengan menutup aurat” (HR.Turmudzi, dan menyatakan hadits
Hasan). Lebih jelasnya bahwa wanita yang belum akil balig pun ialah sama
dengan wanita yang sudah akil balig (wajib menutup aurat) dalam konteks
hadits ini disebutkan wanita yang akil balig ialah karena lebih pada
skala prioritas.
Menutup aurat ialah wajib secara mutlak, yaitu baik dalam
shalat ataupun di luar shalat, bahkan sekalipun saat sendirian di dalam
kamar. Hal ini berdasarkan hadits, “Janganlah kalian berjalan dalam
keadaan telanjang” (HR.Muslim) juga berdasarkan perintah Nabi kepada
Jarhad, “Tutupilah pahamu karena paha itu termasuk dari aurat”
(HR.Turmudzi, dan menyatakan hadits Hasan) dan juga berdasarkan hadits,
“Allah ialah lebih pantas ada rasa malu kepadanya” (HR. Bukhori). Juga
diwajibkan untuk menutup aurat dari pandangan jin dan malaikat, dan
tidak wajib menutup aurat dari pandangan dirinya sendiri. Namun melihat
qubul dan dubur punya sendiri ialah makruh, jika tanpa ada keperluan
penting.
Tidak semata-mana seorang wanita melepaskan kerudung
(pakaiannya) bukan di dalam rumah suaminya, melainkan kehormatannya akan
dibuka (diumbar) antara dirinya dan Rabbnya. (HR.Thabraniy)
Hai
kaum perempuan, kalau bukan kaum perempuan sementara di sini tidak
di-hai-kan, apabila ukhti mau membuka aurat, jangan di luar rumah ya,
soalnya rawan, apalagi pas ada saya, hehe...,tapi kalo sudah halal, gak
apa-apa aurat di buka, jangankan bagian atas yang di buka, bagian yang
paling pinggir, atau bagian paling ujung sekalipun, boleh koq di buka..
Allah mengetahui segalanya
Memiliki sahabat sejati merupakan satu
anugerah yang tidak ternilai kerana sahabat boleh mewarnai dan
mempengaruhi kehidupan kita, baik dari sudut kebendaan, kecenderungan
mahupun tingkah laku. Sama ada kita akan terikut-ikut dengan
kecenderungannya, ataupun sebaliknya, dia akan terpengaruh dengan kita.
Secara umumnya, kita melihat orang yang baik akan bersahabat dengan orang yang baik dan begitu juga sebaliknya.
Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud :
“Perumpamaan orang yang bersaudara adalah seperti dua tangan, yang satu membersihkan yang lainnya.” (Riwayat al-Dailamai)
Rasulullah s.a.w. bersabda, maksudnya :
“Bersahabat
dengan orang yang soleh dan dengan orang yang jahat seperti berkawan
dengan pengedar minyak wangi dan tukang besi (yang menghembus bara api).
Pengedar minyak wangi, sama ada ia memberi anda sebahagian ataupun anda
membeli bau-bauan daripadanya, ataupun sekurang-kurangnya anda mendapat
juga bau daripadanya. Manakala tukang besi pula sama ada ia menyebabkan
baju anda terbakar, ataupun anda mendapat bau yang kurang enak.”
(Riwayat Abu Daud)
Oleh sebab itu, kita harus berhati-hati untuk
menjadikan seseorang itu sebagai kawan, teman ataupun sahabat. Sahabat
semestinya memiliki sifat-sifat yang terpuji untuk kita ikuti dan
contohi. Sahabat boleh membahagiakan kita untuk menempuh kehidupan di
dunia ini dan juga membantu kita di akhirat kelak. Sifat Sahabat yang Mulia 1. Memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik.
Seseorang
yang disenangi, mempunyai akal yang baik, berbudi pekerti dan mematuhi
perintah Allah. Sering juga mengajak kita melakukan kebaikan untuk diri
dan masyarakat. Berbicara dengan penuh kelembutan dan kesopanan. 2. Menutup keburukan dan kekurangan sahabat, baik semasa sahabat ada ataupun tiada.
Tidak
menderitakan keaiban orang lain kepada sahabatnya dan jika dia melihat
sesuatu yang tidak baik tentang diri kita, dia akan menjaga aib
tersebut.
Daripada Ibnu Abbas, Rasulullah s.a.w. telah bersabda yang bermaksud :
“Sesiapa menutup keburukan saudaranya, maka Allah akan menutup keburukannya di akhirat.” (Riwayat Ibn Majah) 3. Memperbesarkan kebaikan yang dilakukan oleh sahabatnya.
Sering
menanyakan tentang kesusahan yang kita hadapi kerana ingin berkongsi
kesusahan, kesedihan dan kesenangan bersama. Menjadi penghibur waktu
kita sedih dan pelindung jika kita memerlukan. Sanggup mengorbankan
masa, harta dan tenaga untuk memenuhi hajat sahabatnya. 4. Menyebut kebaikan.
Jika
dia mendapat sesuatu kebaikan daripada kita, dia akan menghargai dan
menyebut-nyebut kebaikan itu. Tidak pula dia berkecil hati jika kita
tidak mampu membantunya. 5. Mudah mengalah.
Jika
berlaku salah faham, nescaya dia lebih senang mengalah untuk menjaga
hubungan. Mengorbankan perasaan sendiri demi menjaga hati sahabatnya. 6. Mendorong kita mencapai kejayaan di dunia dan akhirat.
Saling nasihat-menasihati berkenaan hal-hal dunia dan akhirat.
Bersedia untuk menerima nasihat dan menasihati.
Sifat Sahabat yang Perlu Dijauhi 1. Mementingkan diri sendiri.
Dia
terlalu banyak meminta dan sedikit memberi. Mementingkan diri sendiri
yang kedekut dalam setiap perkara. Keutamaannya ialah nafsu diri sendiri
kerana tamak kepada kemewahan dan harta dunia.
2. Munafik.
Setiap
perkara yang kita lakukan dia akan bersetuju, tida kira sama ada
perkara itu betul ataupun salah. Apabila di hadapan, dia memuji kita
namun di belakang kita, dia merendahkan dan mungkin mengkhianati kita. 3. Pemboros dan suka hiburan.
Apabila
seronoknya datang, dia menjadi kawan yang setia. Dia senang menjadi
sahabat jika kita suka berhibur, berkeliaran dan “melepak” pada
bila-bila masa, serta suka ke tempat-tempat hiburan dan meminati hiburan
yang melalaikan. 4. Membuatkan kita semakin jauh dari Allah.
Seorang yang sesat dan menyesatkan orang lain serta mendekati jalan-jalan kemungkaran.
Hidupnya penuh dengan ranjau dan onak yang membawa kepada kekufuran. 5. Suka berbohong.
Jenis
orang yang suka bertikam lidah dan ia merasakan satu kemenangan dalam
berhujah dan langsung tidak mau mengalah untuk menerima pandangan orang
lain.
Berhati-hatilah memilih sahabat kerana ia menjadi cermin
keperibadian kita. Berkawanlah kerana Allah untuk mencari
reda-Nya.Hayatilah Firman Allah ini :
“Pada hari itu (hari
akhirat), sahabat-sahabat karib; sebahagian mereka akan menjadi musuh
kepada sebahagiaan yang lain, kecuali orang yang bertaqwa.” (Surah
al-Zukhruf : 67)
- Artikel iluvislam.com